Berapa ya isinya? Kubuka celenganku yang berwarna hijau. 1000… 2000…3000…. Alhamdulillah, ada 24.500,00. Kunamakan celengan, karena memang kugunakan untuk menabung sebagian uang yang kusisihkan dari uang saku harian. Tiap hari kuisi 1000 rupiah. Celengan itu kubuat dari kardus bekas susu yang menumpuk di gudang. Setelah ditutup dengan kertas pelangi, jadi semakin indah dan menarik. Karena warnanya hijau kuberi nama ia ‘green’. Sengaja tutupnya hanya kurekat sedikit agar sewaktu-waktu bisa kubuka. Dan memang, ‘green’ hanya kubuka kalau ada kejadian-kejadian khusus seperti adik atau teman ulang tahun maupun ada sumbangan bencana alam
Kurapikan uang 24.000,- itu dan
kumasukkan ke dalam tas. Hari ini akan kuserahkan pada bu Vieta, wali kelasku,
untuk disumbangkan pada korban bencana alam Merapi. Sengaja aku ingin
menyumbangkan semua uang yang ada di ‘green’. Meskipun tak seberapa, tapi ini
merupakan bentuk kepedulianku.
“Farah, ibu beli sabunnya, Nak! Sabun
kita habis. Ibu mau memandikan adik.”
Kudengar suara ibu dari luar kamar.
“Iya Bu, sebentar,” aku menyahut dan
segera bangkit. Kuambil sabun dari laci
bawah rak bukuku dan menyerahkannya pada ibu.
“Dua ribu lima ratus, Bu.”
Aku Tersenyum senang. Wah, pagi-pagi sudah dapat rejeki, nih,
batinku. Lumayan…tiga ratus perak. Kusisihkan recehan tiga ratus itu. Sedangkan sisanya kusimpan lagi di laci untuk
balik modal.
Kulirik ‘green’….disebelahnya ada
‘blue’. Kumasukkan uang tiga ratus ke ‘blue’.
Khusus ‘blue’ aku hanya mengisinya kalau ada bonus dari ayah atau ada
laba dari dagangan yang kujual. Memang
sih, daganganku hanya dibeli oleh ayah, ibu dan adik. Yang kujualpun hanya barang-barang yang biasa
dikonsumsi di rumah. Tapi lumayan kan ,
dapat untung sekalian belajar bisnis kecil-kecilan. Biasanya daganganku laku keras kalau ada
saudara sedang berkumpul di rumah.
Sepupuku biasanya membeli stiker atau pensil, sedang paman dan bibi
membeli mie instant, sabun, pasta gigi, atau sampo.
‘Blue’ juga kuisi kalau aku sedang mendapat
bonus dari ayah. Ayah akan memberikan
bonus uang tiga ribu untuk nilai pelajaranku diatas sembilan puluh. Atau kalau
aku selesai memijat ayah dan ibu, terkadang mereka memberi tips. Uang tips juga kumasukkan ke dalam
‘blue’. Oleh karena itu, ‘blue’ tambah
berat.
Yang istimewa dari ‘blue’, tiap awal
bulan aku akan mengambil sepuluh ribu rupiah untuk kuserahkan pada bu Rahayu,
bagian TU di sekolah. Aku ingat pesan ibu, agar memiliki kepedulian pada anak
yatim piatu.
“Jika kamu mau menolong anak yatim,
maka Allah akan menolongmu pula,” itu
yang sering ibu nasihatkan padaku. Jadi
tiap bulan aku menyerahkankan uang sepuluh ribu ke sekolah untuk disetorkan ke
LMI, lembaga yang mengurusi zakat dan infaq.
Aku merasa senang. Menabung benar-benar membuatku bahagia. Aku bisa melakukan banyak hal. Kalau aku tidak menyisihkan uangku untuk di
tabung, pasti uangku habis hanya untuk jajan.
Dengan menabung, aku juga lebih mandiri. Aku bisa membeli novel atau
alat tulis kapanpun aku mau.
“Farah, nanti siang jadi ke bank?”
kudengar suara ibu lagi dari ruang tengah.
Rupanya ibu sudah selesai memandikan adik.
“Jadi dong Bu,”sahutku bersemangat.
“Baiklah, Kalau begitu, nanti pulang
sekolah kita langsung ke bank,”kata ibu lagi.
“Iya bu, trimakasih.”
Nah, ini yang sudah kutunggu-tunggu dan
membuatku semangat. Nanti siang aku dan
ibu berencana pergi ke bank untuk membuka rekening. Ya, aku mau menyimpan uangku di bank. Uang yang tidak mungkin kusimpan di ‘blue’
maupun ‘green’. Kemarin waktu lebaran
aku mendapat uang lebaran banyak sekali.
Ketika berkunjung ke rumah nenek, aku juga selalu diberi uang. Atau
ketika mengikuti lomba menulis surat
untuk pak walikota dan menjadi juara, aku juga mendapat hadiah uang. Uang
sebanyak itu harus kusimpan di bank. Tidak bisa kusimpan di ‘blue’ atau
‘green’. Tidak muat. Lagipula
lama-kelamaan bisa rusak. Atau malah
diacak-acak adikku yang masih kecil. Kata guruku, kalau kita menyimpan uang di
bank, uang kita akan aman. Dengan
menabung, berarti kita juga ikut serta mensukseskan pembangunan. Aku juga ingin menjadi warga negara yang
baik. Ternyata dengan menabung, aku juga
sudah berperan dalam pembangunan.
Beda dengan kata teman-temanku. Kata mereka, menabung di bank itu keren….Ada
buku tabungannya dan bisa memiliki ATM untuk dipajang di dompet. Wah, keren kan …
Bagiku, tabunganku di bank nanti adalah
tabungan masa depanku. Aku jadi teringat
film ‘Sang Pemimpi’. Kalau Arai, Ical
dan Jimbron bersusah payah menabung untuk meraih mimpi mereka, itu pula yang
akan aku lakukan. Aku tidak mau kalah dengan mereka. Mereka bermimpi kuliah di Sourbone, Prancis
dan bersusah payah mengumpulkan uang untuk meraih mimpi mereka. Mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan. Aku
juga mau, kelihatannya asyik! Sourbone…. Prancis…. Tunggu aku ya….!!! Aku akan menabung, untuk meraih mimpiku. I
love saving…..
Wew :D
BalasHapus